Minggu, 25 Januari 2009

Ingkungan Syuran Banyumudal




lokasi :
Di Masjid Banyumudal Kuwarisan Panjer Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen . Acara ini dilaksanakan dalam rangka memperingati seorang Tokoh Ulama besar jawa yang menurunkan para ahli agama dan Sunan dan memeriahkan bulan Syuran /Muharam . Pelaksanaannya jatuh pada Jum’at Kliwon atau kalau tidak ada hari Jum’at Kliwon pada bulan itu, maka dilaksanakan pada hari Jum’at Pon. Para peserta adalah warga Dusun Kuwarisan Kelurahan Panjer tak terkecuali baik itu muslim ,non muslim , penduduk asli maupun pendatang yang sudah menikah atau pernah menikah termasuk peserta adalah para keturunan yang ada di luar daerah sehingga tidak heran kalau setiap tahun jumlah peserta Tumpeng dan Ingkung semakin banyak sampai ribuan . Pada tahun 2005 perayaan itu masuk MURI dan mendapatkan penghargaan Tumpeng dan Ingkung terbanyak di Indonesia sebanyak 4557 . Pada tahun ini 2009 perayaan Ingkungan Syuran dilaksanakan pada Hari Jum’at Kliwon Tanggal 2 Januari 2009 di laksanakan oleh 5500 KK atau 5500 Tumpeng dan Ingkung

PROSESI :
Pada Jum’at pagi para tokoh masyarakat menyembelih Ayam Jantan atau jengger yang sehat dan tidak cacat atau boleh ayam betina tetapi belum pernah bertelur tentunya yang sehat,tidak cacat dan bersih. Kemudian ibu-ibu memasaknya dengan cara digulai dan memasukan ayamnya dalam keadaan diingkung . selama proses memasak tersebut tidak boleh dicicipi sampai sebelum diberi doa tahlil setelah sholat jum’at Tambahan menu Gulai , ibu-ibu juga memasak Lauk pauk . Usai sholat Jum’at , Tumpeng dan Ingkung dibawa ke Masjid bersama keluarga . Acara dimulai dengan kirab Tumpeng dan Ingkung dari Balai Desa /Kelurahan Panjer . Tumpeng dan Ingkung dibawa dan digotong oleh perwakilan dukuh/RT yang ada di Panjer . Dengan diiringi Kesenian tradisonal para warga membawa Tumpeng dan Ingkung dengan cara digendong ada pula yang dengan menggunakan becak . Para hadirin dalam Undangan adalah Bupati , Muspika dan para tokoh agama dan masyarakat . Kegiatan Inti adalah pembacaan Tahlil yang diimami oleh Tokoh Agama Senior setelah selesai kemudian serah terima ingkung dari Lurah selaku Pimpinan Desa kepada Bupati untuk selanjutnya dipotong-potong tumpengnya untuk diserahkan kepada masyarakat melalui Tokoh-tokoh agama dan masyarakat yang diundang pada acara tersebut dan dimakan bersama-sama . Para warga dan masyarakat menyusul dan dengan keluarga yang dibawanya (Kakek,Nenek,Cucu dan buyut) makan Tumpeng dan Ingkung di Masjid atau dihalaman yang sudah disediakan.

MAKSUD DAN TUJUAN
Acara Ritual Keagamaan Makan Tumpeng dan Ingkung di Masjid bertujuan :
1. Makan Nasi dan Lauk Ayam adalah untuk meningkatkan Gizi Keluarga (dianjurkan oleh agama pada bulan Muharram untuk makan makanan yang bergizi ).
2. Bagi-bagi Tumpeng dan Ingkung kepada Saudara dan orang yang lebih tua dan khususnya kepada Fakir Miskin dan anak Yatim Piatu adalah perwujudan perbuatan hormat pada
orang yang sepuh (tua) makanya sebelum dibacakan doa makanan tidak boleh dimakan dulu,dan bentuk amal sodakoh dimana pada hari ke 10 bulan Muharram diperintahkan oleh agama untuk memperbanyak memberikan amal khususnya kepada Fakir Miskin dan para yatim Piatu .
3. Ayam dalam keadaan Diingkung adalah filosofi manusia , bahwa orang sebelum meninggalkan alam fana/dunia diwajibkan melaksanakan sholat agar meninggalnya dalam keadaan Chusnul Chotimah (Baik perbuatanya dan diterima arwahnya) .
4. Warga dan keturunan datang sendiri ke masjid sebagai bentuk Ikatan kekeluargan dan persahabatan dimana keluarga dan keturunan yang sudah terpisah jauh atau belum mengenal satu sama lainnya menjadi bersatu kembali dan menjalin ikatan keluarga ( ngumpulaken balung pisah : jawa)
5. Undangan terdiri para Tokoh Agama dan Masyarakat dengan Pimpinan Pemerintah sebagai perwujudan bersatu dan bertemunya umat manusia baikdari kalangan Penguasa wilayah dan maupun rakyatnya .

RIWAYAT SINGKAT
Acara Syuran dengan cara membawa Tumpeng dan Ingkung tidak lepas dari sejarah Tokoh Ulama Besar Syech Ibrohim Asmara Kandi yang melakukan Syiar Islam di Tanah Jawa dan berdirinya Masjid Banyumudal sebagai sarana tempat ibadah pertama di Kebumen.
Masjid Banyumudal adalah Masjid yang didirikan oleh seorang Aulia yang bernama Syech Ibrohim Asmara Kandi yang hidup pada masa Raja Cempa sekitar pertengahan abad 15 Masehi ( Daerah Demak-Jepara) dan mengajak Raja Cempa pada waktu itu untuk memeluk agama Islam.Beliau seorang ulama besar yang berasal dari daerah Asia Timur (Samarkan, yaitu Negara bagian Uni Soviet kira-kira di Ubekistan atau Kanzakstan). Beliau adalah seorang syiar Islam yang pertama di Jawa yang menurunkan para wali di Jawa. Di tanah Jawa ( Demak ) dalam melaksanakan syiarnya Syeh Ibrohim Asmara Kandi disamping sudah dibekali ilmu pengetahuan tentang Islam juga dibekali alat transportasi berupa hewan piaraan yaitu kuda dan juga seekor hewan piaraan yang sangat disukai adalah harimau.
Mustaka Masjid dari terakota
Sebagai bukti bahwa beliau telah melakukan perjalanan, dapat dibuktikan dengan diketemukan dan dipeliharanya benda-benda purbakala yang sampai saat ini masih dijaga kelestariaanya

BENDA PURBAKALA
Benda Peninggalan Syeh Ibrohim Asmara Kandi yang tersimpan dan baru dibuka ( selama ini tersimpan di kotak kayu dan dipaku rapi dan kuat) pada tahun 2005 adalah :
· Mustaka Masjid yang terbuat dari terakota yang dibuat bersamaan waktunya dengan Masjid Agung Demak.
· Rantai Kuda yang terbuat dari Logam /Kuningan 2 pasang.
· Beruk dari Tempurung 1 buah.
· Uang Cina /Tiongkok Kuno sebanyak 50 keping.
· Barang pecah belah ( piring dan mangkok).
· Kuku Harimau 10 cm 1 buah
· Potongan batok kelapa berlobang 2 dan bertali dengan lambang wajah harimau 1 buah.
· Bungkus putih tertutup dan bertuliskan huruf jawa .
· Keris berbagai ukuran sebanyak 17 buah dan salah satunya ada yang berlapiskan emas .
· Tombak sejumlah 5 buah .
· Pedang panjang 2 buah .
· Kudi Cenggareng 2 buah .

Lokasi Benda Purbakal a :
Mustaka terbuat dari Terakota di atas Masjid Banumudal dan Benda yang yang lain disimpan oleh tokoh masyarakat setempat

Jumat, 09 Januari 2009

Goa Jatijajar

Goa Jatijajar terletak kira kira 21 km dari kota Gombong atau 42 km barat daya kota Kebumen. Nama Jatijajar berasal dari kata jati dan jajar. Jati berarti nama pohon, Jajar berarti sejajar .terdapat diorama yang menceritakan tentang Legenda Raden Kamandaka. Legenda tersebut menunjukkan percintaaan abadi antara Raden Kamandaka dan Dewi Ratna Ciptarasa. Di dalam goa terdapat 4 ( empat ) sendang, yaitu Sendang Mawar, Kantil Jombor, dan Puserbumi. Terdapat pula stalaktit dan stalakmit. Obyek wisata unggulan ini menyajikan Rest Area, pasar souvenir, konveksi dan makanan khas. Di komplek/kawasan obyek wisata Goa Jatijajar terdapat 3 (tiga) goa yaitu Goa Dempok, Goa Intan dan Goa Jatijajar. Yang lebih menarik lagi di dinding atas Goa Jatijajar terdapat beragam tulisan dari pengunjung yang pernah datang ratusan tahun yang lalu, ada yang dari Hindia Belanja, Eropa bahkan trah penguasa pertama pemerintah Kabupaten Kebumen.

Ritual dan Upacara Panen Sarang Burung Wallet

Upacara adat ini diadakan di desa karangbolong, kecamatan gombong, kabupaten kebumen jawa tengah bagian selatan. Upacara ini diadakan pada bulan ke Sembilan di pananggalan atau kalender jawa karena waktu tersebut adalah waktu yang paling tepat untuk panen sarang burung walet.Menurut kepercayaan sarang burung walet di desa karang bolong itu adalah milik dari nyi roro kidul si penguasa laut kidul. Supaya tidak terkena musibah maka panen sarang burung walet harus dilakukan dengan mengadakan rangkaian ritual adat yang intinya sebagai upacara keselamatan. upacara adat ini di pimpin oleh pak mandor.
Sesaji buat nyi roro kidul disiapkan antara lain:- Kain lurik hijau gadung, udang wulung, selendang, kasur, dan bantal putih.- Makanan sesaji yang di percaya di senangi nyi roro kidul.
Sebagai contoh lain adalah di bibir gua di pantai karang bolong di laksanakan persiapan pagelaran wayang kulit dengan semua perangkat gamelan dan panayagan.Dalang mulai membaca mantra sebagai pembuka pagelaran. Dia meminta ijin pada sang pencipta penguasa laut kidul termasuk pengikutnya antara lain joko suryo, suryawati, den bagus cemeti, kiai bekel, dan kiai surti, untuk keselamatan acara panen sarang burung walet besok harinya.
Upacara adat ini adalah suatu amanat leluhur. Dahulu kata orang tua kiai surti adalah utusan kerajaan mataram kartasura. Dia ditugasi mencari obat untuk permaisuri yang sedang sakit sampai akhirnya kiai surti tiba di pantai karang bolong.Kiai surti lalu bertapa sampai akhirnya mendapat wangsit dari dewi suryawati anak buah dari nyi roro kidul. Sang dewi memberikan petunjuk bahwa obat yang dicari itu adalah sarang burung walet yang ada di dalam goa karang bolong.Sejak peristiwa itu kiai surti akhirnya menikah dengan dewi suryawati secara lahir. Di pagelaran wayang kulit terdapat peraturan yaitu tokoh di wayang tidak boleh gugur atau mati di medan perang sebab jika di pagelaran itu ada yang mati di yakini akan ada musibah kepada pemetik sarang burung walet.Puncak upacara di tutup dengan acara syukuran beserta pagelaran tari tayub.Keesokan harinya acara memetik sarang burung walet di percayai akan aman dan selamat sebab sudah mendapat restu dari nyi roro kidul.